Perkara subsidi salah sasaran sudah lama menjadi permasalah di Indonesia. Termasuk Subsidi LBG dan BBM. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan atau Kemenkeu Febrio Kacaribu kemudian mengakui bahwa ada laporan mayoritas subsidi LPG tiga kilogram dan BBM justru kini dinikmati bagi masyarakat yang tergolong mampu.
“Kalau kita lihat bagaimana manfaat yang diterima masyarakat terhadap LPG memang terlihat sekali dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat, justru kelompok yang mampu,” katanya dalam Rapat bersama Banggar DPR RI di Jakarta, Selasa (14/6).

Karena itu, pada akhirnya Febrio lalu menyatakan untuk mendorong pemerintah untuk dapat menyusun kebijakan subsidi yang lebih tajam. Yaitu dengan adanya penggantian dari subsidi terbuka jadi berbasis orang.
Tapi sebelumnya apakah kali ini Anda merasa bosan dan ingin menikmati sesuatu yang menyenangkan. Cobalah permainan slot yang pasti menguntungkan, manfaatkan peluang keberutungan dengan bermain slot.
Melanjutkan kembali ia berkata ada empat kategori masyarakat termiskin pada kenyataannya hanya menikmati subsidi LPG tiga kilogram sebesar 23,3 persen dari total subsidi sedangkan empat desil terkaya menikmati hampir 57,9 persen dari total LPG bersubsidi. Tidak hanya itu, melalui penyediaan LPG di Indonesia ternyata adalah mayoritas berasal dari impor dengan mencapai 80 persen dari total LPG.
Terlebih lagi adanya harga komoditas energi hal tersebut semakin meningkat akibat konflik geopolitik Akan tetapi, Harga Jual Eceran (HJE) tetap Rp 4.250 per kilogram sejak tahun 2010 lalu. Padahal harga keekonomian saat ini mencapai Rpb19.609 per kilogram.
“Ini menunjukkan besarnya beban dari subsidi LPG yang kita lakukan tapi ini keputusan dari kita bersama untuk menjaga daya beli di tengah ketidakpastian 2022,” ungkapnya.
Kemudian, tercatat dari sisi konsumsi LPG bersubsidi pun semakin meningkat yaitu dengan diproyeksikan mencapai 7,82 juta metrik ton pada 2022. Sementara konsumsi LPG non subsidi terhitung sebesar 0,58 juta metrik ton.
Selain LPG, ternyata subsidi BBM juga turut dinikmati masyarakat mampu. Yaitu sebanyak 60 persen masyarakat terkaya dapat menikmati hampir 80 persen dari total konsumsi atau 33,3 liter per rumah tangga dalam per bulan. Sementara 40 persen dari masyarakat terbawah hanya dapat menikmati konsumsi BBM bersubsidi sebanyak 17,1 liter per rumah tangga per bulan.
Bahkan adanya selisih antara harga penetapan dengan harga keekonomian dari BBM jenis solar sekarang sangat bernilai tinggi yaitu Rp 5.150 untuk harga penetapan dan keekonomian Rp 12.170.
“Nah ini lah yang menjadi evaluasi bagi kita untuk semakin bisa pertajam kebijakan subsidi ke depan,” pungkas Febrio.